BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia
“tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.
Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena
adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu
biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat
perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini
ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk
berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja
seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan
genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
B. Faktor-
faktor penyebab tawuran antar pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
tawuran pelajar, diantaranya :
1.
Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam
diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri
yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh
yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya
tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
2.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu, yaitu :
a.
Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana
pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat
kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi
remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa
menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga
yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama
pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk,
1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
b.
Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk
menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara
akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi
lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak
baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
c.
Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan
sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal
dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi
tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan
dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya
kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Hal yang menjadi pemicu tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling
mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda
sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan
masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
C.
Dampak dari tawuran antar pelajar
Fenomena tawuran yang terjadi di Indonesia beberapa
pekan terakhir membuka mata kita kembali akan maraknya kekerasan dalam
pergaulan social remaja pelajar Indonesia yang lama sempat tenggelam ditengah
hirut pikuk carut marut pendidikan nasional. Bila dicermati, respon masyarakat
awam maupun kalangan pendidikan terhadap fenomena tawuran selalu saja
mengkambing hitamkan problem-problem social diluar sekolah yang mempengaruhi
pembentukan perilaku negative pelajar. Disinilah letak penyimpangan intepretasi
social yang terkadang mewujud kepada penangan yang selama ini terbukti tidak
efektif mengurangi angka kejadian tawuran pelajar di Indonesia. Seorang
psikologi tersohor, maslow, mengkategorikan beberapa motif perilaku kepada
bangunan piramida motivasi manusia. Dalam teori motivasinya, Maslow menyebutkan
bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk memperoleh pengakuan
eksistensial dari sesamanya. Disinilah titik penting yang sering terlepas dari
kesadaran kritis kita dalam menyeroti fenomena tawuran antar pelajar selama
ini. Disinilah ruang dimana seorang manusia remaja mulai menyadari
kebutuhan-kebutuhan sosialnya untuk diterima sekaligus diakui oleh komunitas
masyarakat disekitarnya.
Dampak karena tawuran antar pelajar
1.
Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan
akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai
kematian
2.
Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
3.
Terganggunya proses belajar mengajar
4.
Menurunnya
moralitas para pelajar
5.
Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan
saling menghargai
D.
Upaya mencegah
tawuran antar pelajar.
1. Memfasilitasi
para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya.
Contohnya
: membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya
2. Para Siswa
wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika
penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
3. Lakukan
komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan
cinta kasih.
4. Pengajaran
ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan
bukan untuk menyakiti orang lain.
5. Ajarkan ilmu
sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya,
yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
6. Bagi para
orang tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi,
hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia
mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau
ada masalah dalam kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan
dengan bijak dan dewasa.
7. Bagi para
Polisi dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar
secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah itu. Lebih baik tidak
menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan
cara santai dan rileks. Upama ketika para pelajar ini cangkrukkan atau
kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan dan gaul,
sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka.
Aparat Polisi dan keamanan yang gaul dan bisa mereka terima akan menjadi kode
bahwa negara memperhatikan generasi ‘lupa diri’ ini untuk kembali menjadi ingat
bahwa tak ada alasan yang cukup kuat bagi mereka menggelar tawuran.
E.
Fenomena tawuran antar pelajar
Berdasarkan artikel
info sumbar Aksi tawuran antar pelajar masih saja
terjadi di Kota Padang. Kali ini tawuran terjadi di RTH Imam Bonjol pada hari
jum’at (7/3/2015). Aksi tawuran ini pertama kali diketahui oleh polisi dari
laporan warga. Polisi pun segera menuju tkp dan membubarkan tawuran tersebut.
Dari aksi tersebut polisi berhasil mengamankan seorang siswa yang menjadi pelaku
tawuran dengan inisial UF (17). Dari tangan UF polisi mendapati sebuah gir
ukuran besar yang dililitkan dengan sabuk, untuk dijadikan senjata. UF
saat ditangkap oleh polisi mengaku dirinya adalah salah seorang siswa di SMK N
4, padahal UF adalah seorang
siswa kelas 1 di SMK N 8. Atas perbuatannya tersebut, polisi akan segera
memanggil orang tua dan guru UF untuk membuat surat perjanjian serta melakukan
pembinaan lebih lanjut. Aksi
tawuran antar pelajar masih sering terjadi di Kota Padang. Meskipun sudah seringkali
dibubarkan dan ditangkap oleh polisi, namun belum terlihat efek jera bagi para
siswa yang melakukannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran
remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga
terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih
berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan
yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka
inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya
jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga
tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam
pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan.
Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih
teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam
mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
2. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang
tawuran pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar
harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para pelajar
b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam
menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan
pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan
mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya.
DAFTAR PERPUSTAKAAN
ANALISA DAN SARAN
A.
ANALISA
Tawuran
atau perkelahiran antar pelajar sebenarnya sudah barang lama. Terjadi tidak
saja di kota metropolitan dan kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
Medan atau pun Makassar. Tapi juga terjadi di kota lainnya, tak terkecuali
Kota Padang dan kota atau kabupaten lainnya di Sumatera Barat. Tapi, tawuran
musim-musiman dalam beberapa tahun bisa reda. Namun tiba-tiba, bisa saja
tawuran antar pelajar bisa saja pecah di tengah pasar, jalan raya, lingkungan
sekolah dan lain sebagainya. Tawuran antar pelajar adalah hal negatif yang
semestinya tidak boleh dilakukan oleh para pelajar. Karena tugas dan
kewajiban para pelajar adalah belajar dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan
cita-citanya. Jika pelajar memiliki hobi dan bakat, berbagai fasilitas
sekolah untuk kebutuhan ekstra kurikuler juga bisa dimanfaatkan. Waktu
senggang pelajar bisa digunakan untuk mengembangkan diri dengan mengasah hobi
dan bakat masing-masing. Jika berbakat dan hobi olahraga, kesenian dan lain
sebagainya, kembangkanlah dengan baik. Bakat dan hobi yang telah diasah dan
dikembangkan tersebut, kelak justru akan membantu pelajar tersebut
setelah menamatkan studinya.
Tawuran antar pelajar bukan suatu yang
gampang mengatasinya seperti membalikan telapak tangan. Perlu startegi, ketegasan
dan kesabaran berbagai pihak di dalam menumpasnya. Meski tawuran tidak
gampang mengatasinya, tapi itu mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena
tawuran pelajar bisa saja berujung maut bagi pelajar yang terlibat dalam
tawuran tersebut, termasuk warga sekitar. Para pelajar yang terlibat dalam
tawuran, ada yang mempersenjatai dirinya dengan clurit, parang, sabit, pisau,
gear sepeda motor, batu dan lain sebagainya. Di kota-kota besar sudah banyak
pelajar yang terlibat dalam tawuran yang tewas. Karena itu mau tidak mau,
suka atau tidak suka, tawuran antar pelajar mesti diatasi secara
bersama-sama.
B. SARAN
Tawuran antar pelajar merupakan
penyimpangan sosial yang berupa perkelahian. Penyimpangan sosial ini harus
segera dicari solusinya agar tidak timbul perkelahian antar pelajar dan tidak
menimbulkan korban jiwa. Sudah sepantasnya pelaku tawuran dihukum pidana agar
kasus seperti ini diproses secara hukum yang berlaku dengan undang-undang
sehingga memberikan efek jera bagi para pelajar. Tidak hanya itu, pihak
sekolah juga harus menunjukan sikap yang tegas kepada para pelajar yang ikut
terlibat dalam tawuran yaitu berupa sanksi yang tegas. Di lain pihak,
polisi juga ikut serta dalam berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan pihak
sekolah untuk mencari sistem pencegahan kekerasan yang terjadi di dalam dan
luar lingkungan sekolah agar lebih efektif.
Pemberian
sanksi selanjutnya, bisa dengan menurunkan status sekolah menjadi status
sekolah biasa. Perlu adanya inovasi dari dinas pendidikan dan sekolah untuk
meredam aksi tawuran antar pelajar. Jika perlu, tindakan tegas bagi institusi
sekolah dan pelajar yang terlibat tawuran tersebut. Tindakan tegas itu
sangat diperlukan karena tawuran sudah mengarah pada tindakan kejahatan,
bukan sekedar kenakalan remaja pada umumnya.
|
|