Kamis, 12 November 2015

Fenomena Kenakalan Perkembangan Peserta didik (Tawuran)


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.      Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.      Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
B.     Faktor- faktor penyebab tawuran antar pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
1.      Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
2.       Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
a.       Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan  yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu  penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
b.      Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan  para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya  disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
c.        Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

Hal yang menjadi pemicu tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
C.     Dampak dari tawuran antar pelajar
Fenomena tawuran yang terjadi di Indonesia beberapa pekan terakhir membuka mata kita  kembali akan maraknya kekerasan dalam pergaulan social remaja pelajar Indonesia yang lama sempat tenggelam ditengah hirut pikuk carut marut pendidikan nasional. Bila dicermati, respon masyarakat awam maupun kalangan pendidikan terhadap fenomena tawuran selalu saja mengkambing hitamkan problem-problem social diluar sekolah yang mempengaruhi pembentukan perilaku negative pelajar. Disinilah letak penyimpangan intepretasi social yang terkadang mewujud kepada penangan yang selama ini terbukti tidak efektif mengurangi angka kejadian tawuran pelajar di Indonesia. Seorang psikologi tersohor, maslow, mengkategorikan beberapa motif perilaku kepada bangunan piramida motivasi manusia. Dalam teori motivasinya, Maslow menyebutkan bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk memperoleh pengakuan eksistensial dari sesamanya. Disinilah titik penting yang sering terlepas dari kesadaran kritis kita dalam menyeroti fenomena tawuran antar pelajar selama ini. Disinilah ruang dimana seorang manusia remaja mulai menyadari kebutuhan-kebutuhan sosialnya untuk diterima sekaligus diakui oleh komunitas masyarakat disekitarnya.

 Dampak karena tawuran antar pelajar
1.      Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
2.      Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
3.      Terganggunya proses belajar mengajar
4.       Menurunnya moralitas para pelajar
5.      Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai


D.    Upaya mencegah tawuran antar pelajar.
1.      Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya.
Contohnya  : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
2.      Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
3.      Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
4.      Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
5.      Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
6.      Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah dalam kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa.
7.      Bagi para Polisi dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah itu. Lebih baik tidak menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan cara santai dan rileks. Upama ketika para pelajar ini cangkrukkan atau kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan dan gaul, sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka. Aparat Polisi dan keamanan yang gaul dan bisa mereka terima akan menjadi kode bahwa negara memperhatikan generasi ‘lupa diri’ ini untuk kembali menjadi ingat bahwa tak ada alasan yang cukup kuat bagi mereka menggelar tawuran.

E.     Fenomena tawuran antar pelajar
Berdasarkan artikel info sumbar Aksi tawuran antar pelajar masih saja terjadi di Kota Padang. Kali ini tawuran terjadi di RTH Imam Bonjol pada hari jum’at (7/3/2015). Aksi tawuran ini pertama kali diketahui oleh polisi dari laporan warga. Polisi pun segera menuju tkp dan membubarkan tawuran tersebut. Dari aksi tersebut polisi berhasil mengamankan seorang siswa yang menjadi pelaku tawuran dengan inisial UF (17). Dari tangan UF polisi mendapati sebuah gir ukuran besar yang dililitkan dengan sabuk, untuk dijadikan senjata. UF saat ditangkap oleh polisi mengaku dirinya adalah salah seorang siswa di SMK N 4, padahal UF adalah seorang siswa kelas 1 di SMK N 8. Atas perbuatannya tersebut, polisi akan segera memanggil orang tua dan guru UF untuk membuat surat perjanjian serta melakukan pembinaan lebih lanjut. Aksi tawuran antar pelajar masih sering terjadi di Kota Padang. Meskipun sudah seringkali dibubarkan dan ditangkap oleh polisi, namun belum terlihat efek jera bagi para siswa yang melakukannya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
   1.       Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.       

2. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik           untuk para pelajar
b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para           pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya.


DAFTAR PERPUSTAKAAN



ANALISA DAN SARAN
A.    ANALISA
      Tawuran atau perkelahiran antar pelajar sebenarnya sudah barang lama. Terjadi tidak saja di kota metropolitan dan kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan atau pun Makassar. Tapi juga terjadi di kota lainnya, tak terkecuali Kota Padang dan kota atau kabupaten lainnya di Sumatera Barat. Tapi, tawuran musim-musiman dalam beberapa tahun bisa reda. Namun tiba-tiba, bisa saja tawuran antar pelajar bisa saja pecah di tengah pasar, jalan raya, lingkungan sekolah dan lain sebagainya. Tawuran antar pelajar adalah hal negatif yang semestinya tidak boleh dilakukan oleh para pelajar. Karena tugas dan kewajiban para pelajar adalah belajar dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan cita-citanya. Jika pelajar memiliki hobi dan bakat, berbagai fasilitas sekolah untuk kebutuhan ekstra kurikuler juga bisa dimanfaatkan. Waktu senggang pelajar bisa digunakan untuk mengembangkan diri dengan mengasah hobi dan bakat masing-masing. Jika berbakat dan hobi olahraga, kesenian dan lain sebagainya, kembangkanlah dengan baik. Bakat dan hobi yang telah diasah dan dikembangkan tersebut, kelak  justru akan membantu pelajar tersebut setelah menamatkan studinya.
       Tawuran antar pelajar bukan suatu yang gampang mengatasinya seperti membalikan telapak tangan. Perlu startegi, ketegasan dan kesabaran berbagai pihak  di dalam menumpasnya. Meski tawuran tidak gampang mengatasinya, tapi itu mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena tawuran pelajar bisa saja berujung maut bagi pelajar yang terlibat dalam tawuran tersebut, termasuk warga sekitar. Para pelajar yang terlibat dalam tawuran, ada yang mempersenjatai dirinya dengan clurit, parang, sabit, pisau, gear sepeda motor, batu dan lain sebagainya. Di kota-kota besar sudah banyak pelajar yang terlibat dalam tawuran yang tewas. Karena itu mau tidak mau, suka atau tidak suka, tawuran  antar pelajar mesti diatasi secara bersama-sama.



B.     SARAN
       Tawuran antar pelajar merupakan penyimpangan sosial yang berupa perkelahian. Penyimpangan sosial ini harus segera dicari solusinya agar tidak timbul perkelahian antar pelajar dan tidak menimbulkan korban jiwa. Sudah sepantasnya pelaku tawuran dihukum pidana agar kasus seperti ini diproses secara hukum yang berlaku dengan undang-undang sehingga memberikan efek jera bagi para pelajar. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga harus menunjukan sikap yang tegas kepada para pelajar yang ikut terlibat dalam tawuran yaitu berupa sanksi yang tegas.  Di lain pihak, polisi juga ikut serta dalam berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan pihak sekolah untuk mencari sistem pencegahan kekerasan yang terjadi di dalam dan luar lingkungan sekolah agar lebih efektif.
Pemberian sanksi selanjutnya, bisa dengan menurunkan status sekolah menjadi status sekolah biasa. Perlu adanya inovasi dari dinas pendidikan dan sekolah untuk meredam aksi tawuran antar pelajar. Jika perlu, tindakan tegas bagi institusi sekolah dan pelajar yang terlibat tawuran tersebut.  Tindakan tegas itu sangat diperlukan karena tawuran sudah mengarah pada tindakan kejahatan, bukan sekedar kenakalan remaja pada umumnya.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar